Di antara batu-batu suci, atau cippes, yang telah ditemukan di situs arkeologi Etruria, ada beberapa yang menonjol karena bahan dan warnanya. Mereka adalah tengkorak trachyte atau diorit hitam, dipoles dengan hati-hati dan seringkali berbentuk bulat telur atau falik, seringkali dengan detail ukiran kecil, khususnya simbol yang mewakili panah berujung dua, yang diasosiasikan di dunia Yunani dan Etruria dengan petir.

“Libri Fulgurales

Kita tahu dari para penulis kuno bahwa agama Etruria didasarkan pada beberapa kitab suci: kitab libri haruspicini (memungkinkan para haruspices untuk membaca pesan-pesan para dewa di dalam isi perut hewan yang dikorbankan), yang libri rituales (menyusun ritus kehidupan sehari-hari dan publik, serta ritual pemakaman dan keajaiban alam) dan libri fulgurales. Ini mendefinisikan berbagai jenis petir dan maknanya, karena orang Etruria menganggap fenomena ini sebagai pesan ilahi yang harus ditafsirkan oleh para pendeta untuk menjaga keseimbangan dalam hubungan antara manusia dan para dewa. Seperti yang ditulis Seneca, ‘orang Etruska tidak percaya bahwa segala sesuatu memiliki makna karena mereka terjadi, tetapi bahwa mereka terjadi untuk tujuan tunggal makna’(Pertanyaan Alami, II, 32,2). Buku-buku ini juga berisi kalender ‘brontoscopic’, menawarkan interpretasi guntur dan peristiwa langit untuk setiap hari dalam setahun. Nigidius Figulus, seorang kontemporer Cicero (98-44 SM), telah menerjemahkan kalender serupa ke dalam bahasa Latin.

Asal-Usul Oriental?

Kepercayaan pada bahasa ilahi petir dibuktikan dalam banyak agama, terutama di Timur Dekat di antara orang-orang Kasdim. Namun, kita tidak dapat secara sistematis mengaitkan semua tengkorak trachyte dengan petir, tetapi dapat dipastikan bahwa batu hitam adalah objek pemujaan di seluruh Mediterania: batu hitam tempat suci Aphrodite of Kouklia di Siprus, Lapis Niger di Forum Romawi, dan bahkan batu hitam Ka’bah, yang sudah dimuliakan oleh orang Arab pada periode pra-Islam.

Fotografi:

Tengkorak Etruscan dalam trachyte, ditemukan di dekat biara Sant’Antimo, sekarang disimpan di museum Montalcino. Panah berujung dua di bagian atas melambangkan petir. Tinggi: 39 cm, diameter: 30 cm dan berat: 31 kg.

Sumber foto: J. Labregère